MARXISME
Setelah kematian Marx, teori Marxian mula – mula di dominasi oleh
orang yang melihat adanya determinisme ekonomi dan ilmiah di dalam teorinya.
Wallerstein menyebutkan era ini sebagai era “Marxisme Ortodoks” (1986:1301).
Pada dasarnya Marxisme ortodoks ini adalah teori ilmiah Marx yang telah membuka
kedok hukum ekonomi yang menguasai dunia kapitalis. Hukum ekonomi itu
menunjukkan keruntuhan system kapitalis yang terelakkan. Pemikiran Marxian awal
seperti Kark Kautsky berupa mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai
berperannya hukum ekonomi itu.
Pada
tingkat teori, Marxisme deterministis ini mengesampingkan hubungan dialektika
antara individu dan struktur sosial yang luas. Metode yang di gunakan Marxisme untuk
mendekati dan memahami gejala alam di sebut dialektika. Dialetika
berasal dari kata dialogo (dialog), yang berarti bercakap atau berdebat.
Dialektika Mark di ambil dari Hagel, hanya saja Hagel menggunakan metode
dialektika itu dengan berlandaskan filsafatnya yang idealistis, Mark menjungkir
balikan dengan berlandaskan filsafat materialisme.
Menurut
Marx, perkembangan masyarakat dan sejarah manusiapun tunduk atau memuja watak
yang materialistis-dialektis. Nah, apabila materialisme-dialektika di terapkan
pada gejala masyarakat, maka timbul lah materialisme-historis.
Jadi
dalam garis besarnya Marxisme terdiri dari dua bagian besar yakni
materialisme-dialektika yang menerangkan hukum umum tentang hal ihwal dan
perkembangan alam semesta ini dan historis-materialisme yakni penerapan hukum
umum itu pada gejala masyarakat. Karena historis-materialisme berlandaskan
kepada materialisme-dialektika maka azas materialisme dialektika yang telah di
uraikan di atas berlaku juga sepenuhnya dalam historis-materialisme.
TEORI
KRITIS
Teori
kritis adalah produk sekelompok neo-Marxis jerman yang tidak puas dengan
keadaan teori Marxian (Bernstein,1995; Kellner, 1993; untuk tinjauan yang lebih
luas terhadap teori kritis, lihat Agger, 1998), terutama kecenderungan yang menuju
determinisme ekonomi.
Kritik utama
terhadap kehidupan sosial dan intelektual
1.
Kritik terhadap teori Marxian. Teori
kritis mengambil kritik terhadap teori Marxian titik tolaknya. Teoritisi kritis
ini merasa sangat terganggu oleh pemikir Marxis penganut determinisme ekonomi
yang mekanistis (Antonio, 1981; Schroyer,1973; Sebert, 1978). Teoritisi kritis
tidak menyatakan bahwa determinis ekonomi keliru, ketika memusatkan perhatian
pada bidang ekonomi, tetapi karena mereka juga seharusnya memusatkan perhatian
pada aspek kehidupan sosial yang lain.
2.
Kritik terhadap Positivisme.
Teoritisi kritis juga memusatkan perhatian terhadap filsafat yang mendukung
penelitian ilmiah terutama positivism (Bottomore, 1984; Halfpenny, 2001;
Morrow, 1994). Kritik terhadap positivism sekurangnya sebagian berkaitan dengan
kritik terhadap determinisme ekonomi karena beberapa pemikir determinisme
ekonomi menerima sebagian atau seluruh teori positivism terhadap pengetahuan.
3.
Kritik terhadap Sosiologi.
Aliran kritis berpandangan bahwa sosiaolgi tidak serius mengkritik masyarakat,
tak berupaya merombak struktur sosial masa kini. Menurut aliran kritis,
sosiologi telah melepaskan kewajibannya untuk membantu rakyat yang ditindas
oleh masyarakat masa kini.
4.
Kritik terhadap Masyarakat Modern. Kebanyakan karya aliran kritis di tunjukan untuk mengkritik
masyarakat modern dan berbagai jenis komponennya. Kebanyakan teori Marxian awal
secara tegas tertuju ke bisang ekonomi sedangkan aliran kritis menggeser
orientasinya ke tingkat kultural mengingat kultur dianggap sebagai realitas
masyarakat kapitalis modern.
Kritik
terhadap Kultur. Teoritisi kritis
melontarkan kritik pedas terhadap apa yang mereka sebut “Indusktri kultur”,
yakni struktur yang di rasionalkan dan di birokratisasikan (misalnya, jaringan
televisi) yang mengandalkan kultur modern.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar